Istilah gaul dalam atmosfir kehidupan remaja. Bukan barang baru sebetulnya. Akrab malah. Ya, nggak man? Pokoke, ada istilah kaca mata gaul, anak gaul, pakaian gaul, bahasa gaul, malah ada juga ustadz gaul (kalo yang ini kira-kira apa yang membuatnya gaul, ya?). Pokoknya, serba gaul deh. Entah siapa yang memulai membikin istilah-istilah seperti itu, yang jelas remaja macam kamu begitu enjoy dengan sebutan anak gaul alias anak yang nggak kuper bin norak. Tul, nggak?
Hanya ada dua sebutan dalam pergaulan remaja, yang out of date dan up to date alias kuno (norak) dan keren. Ukuran kuno dan keren seringkali menjadi standar pergaulan. Misalnya, istilah kaca mata gaul, ini untuk menggambarkan tentang kaca mata yang melenceng dari fungsi aslinya, yakni bukan sebagai alat bantu baca atau pelindung mata saat melakukan pekerjaan di laboratorium untuk meredam radiasi sinar ultra violet. Tapi sudah berubah fungsi untuk ngeceng. Frame alias bingkainya berwarna ngejreng. Warna hitam, hijau, biru, merah, ungu kerap melengkapi aksesoris kaca mata gaul itu. Pokoknya heboh deh. Kira-kira bisa kamu lihat kaca mata yang dipakai oleh gerombolan dr. pm misalkan atau anak-anak Ska lainnya. Nah, itulah yang disebut gaul dan keren alias up to date dalam standar pergaulan remaja sekarang.
Begitu pun dengan sebutan anak gaul. Gambarannya anak ini enak diajak ngobrol, selalu nyambung dengan objek bahasan dan kesannya nggak norak, ngertiin keinginan kita. Itulah anak gaul. Misalnya, kalau lagi ngomongin soal musik, pasti gape. Kenal grup musik Linkin Park, Korn, Ungu, Nidji, Peterpan dan sejenisnya. Banyak yang akran dan hapal dengan para personel grup band Samsons, T2, atau fasih menyanyikan lagunya Rosa terbaru karya Melly Goeslaw, Ayat-ayat Cinta yang menjadi OST film Ayat-ayat Cinta.
Anak gaul juga biasanya ‘ngebusa’ soal film. Tahu siapa aja yang ikutan main di The Lord of the Rings, ngefans berat sama tokoh-tokoh di film Harry Potter, kesengsem ama para pemainnya Nagabonar 2 atau Get Married. Pokoknya gaul abis. Info yang berkaitan dengan musik, film, dan selebritisnya digeber lewat bacaan atau sering nongkrongin stasiun televisi tertentu. Ehm, sampe sebegitunya ya yang pengen disebut gaul?
“Gaul” ¹ Bebas Berbuat
Yup, memang begitu. Kalo kamu tahu soal perkembangan musik, sepakbola, film, mode, dan yang berhubungan dengan gaya hidup saat ini bukan berarti harus menjadi pelakunya dong. Sekadar tahu, memang nggak dilarang, kok. Malah seharusnya dijadikan sarana untuk mengetahui kerusakan dari budaya pop tersebut.
Cuma memang, bagi kamu yang masih polos kayak kaos oblong, jangan coba-coba untuk mengetahui lebih jauh. Bisa berabe. Jangan-jangan kamu malah latah ikut-ikutan gaul yang nggak benar. Firman Allah Swt.:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS al-Isrâ’ [17]: 36)
Nah, ayat ini bisa dipahami kalau kita wajib tahu hukum Islam tentang hal tersebut sebelum melakukannya. Because, sebagai seorang muslim kita wajib terikat dengan aturan Islam. Misalnya, tahu tentang perkembangan dandanan alias mode, bukan berarti kemudian kita latah untuk mencobanya. Padahal mode tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Seperti swimsuit alias pakaian renang dan tang-top, bagi kamu yang puteri dilarang memakainya di tempat-tempat umum atau di hadapan yang bukan mahromnya.
Allah Swt. berfirman:
“Katakanlah kepada wanita beriman. Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (QS an-Nûr [24]: 31). Dalam lanjutan ayat tersebut, boleh menampakan ‘perhiasannya’ kepada mahromnya saja, seperti ayah, adik kandungnya dan seterusnya.
Tapi bagi kamu yang ingin tampil ‘ngetren’ dengan jilbabnya, misal warnanya cerah, modelnya nggak ngebosenin, pokoknya matching banget. Jadi, selain menutup aurat, kita juga bisa bergaya, asal tetap menjaga kesopanan dan etika Islam. Tambahan untuk yang pake jilbab, pastikan bahwa jilbabnya memenuhi standar yang ditetapkan Islam. Harus tebal, longgar, dan kainnya harus menyentuh tanah. Perlu kamu ketahui, yang namanya memakai jilbab bukan cuma kerudungan doang. Karena jilbab adalah (semacam) jubah—baju luar. Berarti busana muslimah adalah kerudung plus jilbabnya, dong!
Di lingkungan anak cowok suka ada acara ‘wajib’ gagah. Rasanya kurang afdhol kalau ternyata penampilannya bikin orang lain ‘keselek’. Atau postur tubuhnya kurang meyakinkan bagi jamaah cewek. Bodi yang keren kayak Ade Rai, dan wajah cool kayak David Beckham, sangat didambakan anak cowok. Latihan angkat barbel (backsound: barbel? Barang belanjaan maksydnya? Hehehe…) atau nimba air di sumur bisa jadi acara ‘wajib’ membesarkan bodi en tampil macho.
Dan ngomong soal tampil macho ini, yang katanya bisa bikin pede dalam gaul, ternyata tetap saja terpaku kepada yang namanya mode. Mode-lah yang telah menciptakan tren. Mode-lah yang telah mengubah persepsi anak cowok dalam bergaul.
Padahal keliru besar kalau anggapan keren dan beken atau anak gaul itu hanya dilihat dari bentuk luarnya saja, belum tentu mewakili. Kenapa? Karena manusia sering tertipu dengan tampilan luar. Sering menyangka emas, padahal tembaga, atau sebaliknya, mengganggap tembaga, ternyata malah emas.
Di jaman Rasulullah, para sahabat juga banyak yang keren, malah dalam beberapa riwayat, Ali bin Abi Thalib termasuk orang yang kuat dan perkasa, terbukti ketika dalam suatu peperangan, beliau menggunakan pedangnya yang terkenal, Zulfikar—yang mempunyai mata pedang bercabang dua—mampu membelah tubuh musuh. Ini luar biasa, dengan ukuran pedang yang gede banget dan tentu saja tenaga yang dibutuhkan untuk mengangkat dan mengayunkan pedang sebesar itu bukan main hebatnya. Tapi Ali r.a. tetap kalem dan nggak punya cita-cita untuk show of force alias pamer kekuatan di hadapan para sahabat lainnya. Sayidina Ali tetap low profile. Tapi ada juga sahabat penampilannya ‘biasa-biasa’ aja malah ada juga yang ‘nggak meyakinkan’ seperti Abdurrahman bin ‘Auf yang punya cacat pada kakinya. Tapi Rasulullah memuji keluhuran akhlak dan pengetahuan mereka.
Bagi jamaah cowok, tampil meyakinkan itu perlu. Tapi jangan sampai merasa wajib untuk tampil macho supaya bisa disebut anak gaul. Membina tubuh agar tetap fit setiap hari boleh-boleh saja, malah dalam beberapa kasus bisa jadi harus, untuk berjihad, misalnya. Nggak masalah. Hanya saja bodi macho bukan segala-galanya. Rasulullah bersabda: “Bukanlah orang yang kuat itu adalah yang menang dalam bergulat, tetapi adalah orang yang dapat menahan nafsunya tatkala dia marah,” (HR Muslim)
Jadi, macho or modis bukan ukuran kepribadian, Brur. Soalnya, percuma saja kalo performance kamu keren, gaul, macho, modis tapi ternyata kelakuan kamu nggak jauh dari para preman. Yang tentu saja nggak punya kepribadian Islam.
Seseorang yang dikatakan punya kepribadian luhur tatkala mempunyai pola pikir dan pola sikap yang tinggi. Seseorang dikatakan punya kepribadian Islam, berarti dia punya pola pikir dan pola sikap yang islami. Detilnya, ia selalu berpikir secara Islam ketika menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupannya. Dan dilengkapi dengan sikap jiwa yang tentu saja selalu disandarkan kepada ajaran Islam. Jadi, percuma saja kamu tampil macho or modis, tapi ternyata kelakuan kamu nggak beda sama Sylvester Stallone, yang punya bodi kekar dan keren, tetapi suka melecehkan kaum Hawa.
Nah, sekali lagi, sekadar tahu saja agar bisa ngikutin perkembangan yang ada, nggak masalah. Tapi kalo sudah diaplikasikan dalam kehidupan itu ada aturannya tersendiri. Bila kemudian ternyata bertentangan dengan aturan Islam, maka terlarang bagi kita untuk melakukannya. Tapi bila hal itu bersifat universal, nggak masalah seperti yang telah dijelaskan tadi. Jadi gaul bukan berarti bebas berbuat. Gitu, Brur en Ses!
Masyarakat sakit
Oya, berbagai problem kehidupan ini adalah penyakit bagi masyarakat. Mengapa masyarakat sakit? Sebab masyarakat salah ‘asuhan’. Yang seharus diasuh oleh ajaran Islam, ini malah diasuh oleh ajaran dari Barat yang dipopulerkan oleh para selebriti lewat musik, film, iklan, dan sinetron. Semua membawa racun-racun bagi kehidupan.
Kalau zaman dulu Whitney Houston, Natalie Cole, Nikka Costa, Diana Ross, bener-bener ngejual suara, tapi kebanyakan vokalis akhwat eh cewek sekarang jadi jual bodi. Tengok saja sederatan biduan fave remaja macam Britney Spears, Christina Aguilera, Shakira, Pink, Kylie Minogue, J-Lo (Jennifer Lopez), Destiny’s Child, Atomic Kitten pada berlomba pamer aurat. Bahkan grup instrumentalia macam Bond aja merasa ‘wajib’ menunjukkan keseksian tubuhnya. Ya kebanyakan dari mereka adalah penganut aliran moderat, alias modal dengkul dan buka aurat. Amit-amit deh, meskipun imut-imut!
Gaya hidup boros dan suka pamer juga diajarkan para seleb. Kamu pernah nonton acara MTV Cribs, tayangan televisi versi MTV yang isinya pamer kemewahan dan kegilaan para selebritis dari berbagai bidang hiburan dan olahraga? Yup, di sana ada cerita seleb yang ngoleksi mobil mewah sekelas BMW, Mercy, Porsche atau Jaguar sampe enam belas biji! Suer ini mobil betulan, bukan mobil-mobilan. Ada juga atlit basket NBA yang punya rumah kayak hotel dengan sembilan belas kamar. Belum lagi cincin berlian, kalung bertahtakan permata, dan sebagainya. Sepertinya seleb itu selalu berbanding lurus dengan punya duit banyak, kendaraan oke punya, rumah pun mewah.
Kalo kamu tergoda? Waduh, sebetulnya jangan sampe tuh. Tapi sayangnya, kini kita melihat kasus-kasus remaja yang nggak jauh dari seks bebas, narkoba, kriminalitas, dan kasus lainnya. Pokoknya ngeri deh, karena kita udah bermesraan dengan ide permisivisme (serba boleh), hedonisme (pemujaan terhadap kenikmatan jasadi dan materi), Ciloko tenan!
Nah, kalo sakit begini siapa yang bisa menyembuhkan? Tentunya kita semua. Anggota masyarakat ini, termasuk kamu yang remaja. Kitalah ‘dokter’ yang akan menyembuhkan masyarakat. Lha, kita kan nggak ngeh apa yang bakal kita lakuin untuk menyembuhkan penyakit itu? Yup, makanya kudu belajar supaya ngerti. Betul?
Wajib “Gaul” dengan Islam
Sobat muda muslim, solusi dari salah gaul ini adalah back to Islam. Kita kudu gaul abis dengan Islam. Kita terhina, justru karena kita meninggalkan ajaran Islam. So, mari kita mulai mencintai Islam sepenuh hati biar gaul kita juga sehat.
Berlajar adalah salah satunya biar kita lebih kenal dengan Islam. Pokoknya kamu kudu tampil cerdas dan bertakwa deh. Kayaknya perlu dengerin nih nasihatnya Imam Syafi’i, “Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, tidak dianggap hadir (dalam kehidupan).”
Ayo, kita bisa buktiin bahwa kita bisa tampil beda. Sebagai remaja Islam, kita kudu bangga menyandang gelar umat terbaik. Iya dong, kan Allah udah nyebutin di al-Quran:
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, yang senantiasa menyeru kepada yang ma’ruf (yang sesuai dengan ketentuan syari’at Islam) dan mencegah kemungkaran (yang menyalahi dan bertentangan dengan syari’at Islam) dan beriman kepada Allah”. (QS al imran [3]: 110)
Oke deh mulai sekarang jangan malas mengkaji Islam, supaya jadi remaja yang cerdas dan bertakwa. Kita kepengen banget lho jadi remaja oke. Mari kita niatkan bahwa belajar Islam itu untuk ibadah. Terus ilmu yang didapat kita diamalkan dalam kehidupan. Oya, kaji Islam jangan setengah-setengah. Udah gitu, kita tekadkan bahwa kita nggak betah hidup nyantai dan hura-hura. Hingga akhirnya kita menjadi remaja Islam yang kuat iman, kuat ilmu dan kuat takwanya. Kalo udah gini, insya Allah kamu nggak bakalan salah gaul lagi. Sebaliknya, gaulmu sehat bersama Islam.
Jadi yang namanya anak gaul itu bukan berarti harus tampil all out dengan bebas kelewat batas. Lepas dari nilai-nilai Islam. Islam nggak pernah melarang umatnya untuk keren. Keren di sini maksudnya nggak ‘kumuh’. Bahkan Islam menganjurkan umatnya supaya tampil rapih dan meyakinkan. Karena itu bagian dari adab bergaul dengan masyarakat. Dengan kata lain, kita nggak boleh tampil kucel en dekil.
Tentu, harus dipahami bahwa dalam kondisi masyarakat yang amburadul seperti sekarang ini, kita harus selektif. Buat apa tampil “gaul” kalo harus mengorbankan akidah dan kepribadian Islam, iya nggak? Mendingan perdalam Islam supaya bisa selamat dunia dan akhirat. Meski tentu saja Islam tak pernah ‘alergi’ dengan yang namanya perkembangan jaman, tapi dengan catatan, hal itu sesuai dengan ajaran Islam. Jadi begitu, Bro!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar